Selamat Datang di Fachmieta Blog

Salam buat anda semua...

Rabu, 24 September 2008

GAMPOENG LOEN Tanjong Beuridi


DESA Tanjong Beuridi dari kota Bireuen sekitar 25 kilometer. Rute menuju desa ini melewati Kantor Polres Bireuen di Jalan Raya Banda Aceh - Medan, dan belok ke arah selatan di simpang Matang. Dari persimpangan ini melewati 12 desa sebelum tiba di pinggir lapangan bola Tanjong Beuridi.
Jalan beraspal. Berkelok. Naik-turun. Selain pemukiman dan kedai kopi, kanan-kiri jalan terdapat kebun pinang, coklat, kelapa, dan jagung. Meski berada di tepi Sungai Peusangan, belum ada irigasi yang mengairi sawah dan ladang penduduk. Hujan menjadi andalan para petani.
Tanjong Beuridi berada dalam pemerintahan kecamatan Peusangan Selatan yang dibentuk pada Maret 2005 lalu. Ibukota kecamatan di desa Uteun Gathom. Kecamatan ini hasil pemekaran kecamatan Peusangan.
Ada 21 desa dalam kecamatan ini. Desa-desa ini terbagi dalam tiga kemukiman. Dalam struktur kemukiman, Tanjong Beuridi termasuk dalam kemukiman Simpang Tanjong. Desa lain di kemukiman Simpang Tanjong, antara lain desa Pulau Harapan, Darul Aman, Blang Mane, dan Darussalam, dan Suak.
Total penduduk Tanjong Beuridi 2.500 jiwa. Umumnya mereka mengandalkan hasil perkebunan, seperti coklat, pinang, kelapa, dan palawija. Hasil bumi itu dijual lewat perantara muge alias tauke untuk selanjutnya dibawa ke Bireuen lalu ke Medan.
Sebelum perjanjian damai Helsinki disepakati pada 15 Agustus 2004, di desa-desa ini kerap terdengar baku tembak antara militer Indonesia dan pasukan Teuntra Negara Aceh atau TNA. Namun korban paling banyak adalah warga desa, orang-orang biasa.
Selama pemerintah Indonesia memberlakukan Darurat Militer di Aceh, tidak sedikit warga desa Tanjong Beuridi dan desa-desa di sekelilingnya yang hilang. Mereka dianiaya, bahkan dibunuh. Puluhan rumah dibakar. Berhektar-hektar kebun dan sawah sengaja dihanguskan.